Jumat, 05 Januari 2018

Review Diskusi Fitrah Seksualitas Anak 1

Review Diskusi kelompok 1 Kelas Bunda Sayang
TANTANGAN MENJAGA FITRAH SEKSUALITAS
1.       Pemahaman bahwa orientasi seksual tidak ditentukan oleh gender. Contoh : Tidak semua manusia yang terlahir sebagai wanita akan memiliki orientasi seksual seorang wanita. Banyak kalangan yang mempercayai bahwa meskipun orientasi seksual dan gender merupakan hal yang berbeda. Jadi, meskipun seseorang terlahir sebagai wanita, ia bisa jadi memiliki orientasi seksual lelaki atau wanita dan lelaki. Bagi aktivis HAM, hal tersebuk adalah hak asasi manusia dan harus dilindungi. Namun, bagi umat Islam, sudah jelas bahwa setiap orang yang dilahirkan sebagai wanita, diharuskan untuk memelihara fitrahnya sebagai wanita, memiliki kepribadian wanita.
2.       Akses terhadap informasi yang tak terbatas. Contoh : Anak dapat mengakses pornografi dari internet sehingga termotivasi untuk  melakukan pornoaksi. Pada era milenial ini, akses internet dapat diperoleh siapa saja, termasuk anak. Maka, jika anak sudah dapat membaca dan melek teknologi ia sudah dapat mengakses internet sendiri. Ia memiliki akses terhadap jutaan situs dewasa. Bahayanya, karena anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, ia bisa termotivasi untuk mempraktekkannya, yang biasa disebut dengan pornoaksi.
3.       Orang tua yang abai dalam menjaga fitrah seksualitas anak. Contoh : Orang tua kurang memberikan kasih sayang, perhatian dan pengetahuan mengenai fitrah seksualitas. Banyak orang tua yang menganggap bahwa anak perempuan dan lelaki akan tumbuh sesuai dengan gendernya. Mereka seringkali lalai bahwa ada fitrah seksualitas yang harus dipelihara. Ada kalanya anak perempuan harus dekat dengan ibunya, dan harus dekat dengan ayahnya, begitu pula dengan anak lelaki. Setiap orang tua sebaiknya menjadi contoh bagaimana seorang wanita dan lelaki memerankan tugasnya sesuai dengan gendernya. Mereka juga perlu dekat secara emosional, bukan sekedar dekat secara fisik. Tak lupa, orang tua sebaiknya memberikan nasihat, pengetahuan dan informasi yang diperlukan anak terkait fitrah seksualitasnya,

MEDIA EDUKASI
1.       Menonton dan mendiskusikan video ini bersama keluarga. Video ini dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai sarana diskusi bagi keluarga di Indonesia. harapannya dengan adanya video ini, orang tua dapat termotivasi dan teredukasi  mengenai pentingnya menanamkan fitrah seksualitas kepada anak. Membuat mainan sebagai edukasi untuk anak terkait fitrah seksualitas. Contoh : Membuat board game yang terdiri dari berbagai pertanyaan, seperti, Apakah aurat wanita? Apakah tanda pubertas? Apakah perbedaan wanita dan lelaki?, dan sebagainya. Seringkali orang tua merasa bingung bagaimana cara membicarakan seks pada anak. Melalui permainan, pembicaraan mengenai fitrah seksual tidak akan terasa tabu dan kaku. Permainan pun bisa dibuat orang tua, dan disesuaikan dengan usia anak.'



FITRAH SEKSUALITAS/FITRAH GENDER
Setiap anak lahir dengan fitrahnya masing-masing. Tugas orangtua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, agar fitrah-fitrah tersebut mampu berkembang optimal. Pendidikan fitrah seksualitas tentu berbeda dengan pendidikan seks, memulainya pun tidak langsung dengan mengenalkan anak pada aktivitas dan istilah seksual atau yang lainnya.

Tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas adalah
1. Anak mengerti tentang identitas seksualnya.
Dia memahami bahwa dia perempuan atau lelaki. Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak dia berusia 3 tahun. Orangtua berkewajiban mengenalkan organ seksual anak dengan nama ilmiahnya untuk menghindarkan pada pentabuan. Menyampaikan secara jujur dan terbuka sehingga anak jelas memahami identitas seksualnya

2. Anak mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Mampu menempatkan diri sesuai peran seksualitasnya, seperti cara berbicara, berpakaian, dll.

3. Mengajarkan anak untuk melindungi kejahatan seksual.
Orangtua berperan mengenalkan tentang area pribadi anak agar anak waspada kepada pihak yang mungkin melakukan kejahatan seksual padanya.

Cara Membangkitkan Fitrah Seksualitas Pada Anak
Fitrah seksualitas pada anak bisa dibangkitkan menurut tahap usianya masing-masing
TAHAP PRA LATIH
1. Usia 0-2 tahun
Anak harus dekat dengan ibunya, karena terdapat proses menyusui. Bukan sekedar memberi ASI, tapi ibu benar2 memperhatikan anak ketika proses menyusui.
2. Usia 3-6 tahun
Anak harus dekat dengan kedua orangtuanya atau dengan menghadirkan sosok ayah dan ibu, agar anak memiliki keseimbangan emosional dan rasional. Selain itu anak juga akan mampu membedakan sosok laki-laki dan perempuan.


TAHAP PRA AQIL BALIGH
1. Usia 7-10 tahun
Anak didekatkan sesuai gendernya. Anak laki-laki dekat dengan ayah dan anak perempuan dekat dengan ibu. Mengapa? Karena dalam rentang usia ini, egosentris anak beralih ke sosiosentris. Anak perlu mendapatkan teladan dari sosok sesuai gendernya, agar memahami bagaimana kegiatan keseharian dan peran sosial sesuai gendernya.
Selain itu pada usia ini, masing2 orangtua menjelaskan kepada anak tentang fungsi organ reproduksi dan konsekuensi akan keberadaannya. Ayah jadi madrasah pertama anak lelakinya, dan ibu menjadi madrasah pertana anak perempuannya tentang organ reproduksinya masing2.

2. Usia 11-14 tahun
Merupakan puncak perkembangan fitrah seksualitas anak. Anak laki-laki mengalami mimpi basah, dan anak perempuan mengalami menstruasi. Masa pubertas yang membuat anak memiliki ketertarikan pada lawan jenis.
Oleh karena itu pada masa ini, anak didekatkan dengan lintas gender. Anak laki-laki dengan ibunya, dan anak perempuan dengan ayahnya. Agar orangtuanya lah yang akan menjadi cinta pertamanya, sosok lawan jenis yang akan diteladaninya dan mendapatkan penuh perhatian lawan jenis cukup dari kedua orangtuanya.
Tentunya orangtua perlu memberikan pemahaman bahwa ketertarikan pada lawan jenis adalah sebuah fitrah, dan belum boleh disalurkan selama belum ada ikatan suci pernikahan. Yang tentunya belum waktunya bagi mereka.

TAHAP AQIL BALIGH
Usia > 15 tahun
        Anak bukan lagi anak-anak. Mereka sudah menjadi individu yang setara dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Referensi :
Harry Santosa, Fitrah Based Education.
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-2.html

Pertanyaan
1.       Apa Yang harus dilakukan orang tua yang terlambat menyadari pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas anak saat anak mengalami disorientasi seksual?
Jawab :
Di beberapa negara, anak yang kelihatannya tumbuh berbeda dengan gendernya biasa diberikan obat untuk menekan atau memunculkan hormon tertentu (lihat: https://www.facebook.com/TheDailySignalNews/videos/967580886741197/. Padahal, sebetulnya menurut penelitian, kecil kemungkinannya anak berbeda dengan gendernya dan tidak perlu diberi obat-obatan. Jadi, kalau masih anak-anak tidak ada yang mengalami atau kecil kemungkinannya mengalami disorientasi seksual. Kembali lagi kepada orang tua, sebelum anak baligh, tetap diajarkan sesuai fitrah gendernya
Contoh, ada seorang anak lelaki yang suka sekali bermain permainan perempuan, ternyata itu terjadi sejak ibunya memiliki anak lagi, perempuan yang sangat disayang, diperhatikan
Maka, anak lelaki tsb bertindak seperti perempuan agar disayangi, diperhatikan seperti adiknya.

Banyak ujian penyimpangan gender di lingkungan kita. Ikhtiyar kita mulai dari dalam keluarga dan menjadikan pondasinya kuat. Sehingga seburuk apapun pengaruh dibluar sana, insyaallah tidak akan terlalu mampu mengguncangnya
2.       Bagaimana menyiasati ketika ayah dan ibunya LDR? Bagaimana memenuhi kebutuhan kehadiran ayahnya juga di usia 3-6 tahun?
3.       Sang ayah hanya pulang 1minggu sekali. Apakah ada trik utk memenuhi vitamin ayah?
4.       Nah kalau ada kasus ayah ibu berpisah atau meninggal, bagaimana yah agar anak tidak kehilangab sosoknya, dan tidak terpapar dampak buruk penyimpangan seksual dari lingkungannya?
Jawab :
Sosok ayah bisa tetap dihadirkan misal dari kakek, om, atau keluarga lain yang bisa membantu. Sesuai pengalaman Bu Septi, Dia pernah bercerita tentang pengasuhan single mom, tapi kekurang-idealan dalam keluarga tak selalu menghambat tumbuh dan kembang anak, insyaallah. Menghadirkan sosok bukan berarti harus ada wujud asli ayah/bundanya. Nabi Muhammad mendapatkan sosok ayah dari pamannya, maka kita pun bisa menyiasati kehadiran sosok tersebut dari orang terdekat yg bisa dipercaya. Kakek, uwa, oom, atau yg lain. Tips lain, komunikasi dengan ayah bisa dengan telfon atau video call setiap hari. Dibuat jadwalnya kira-kira kapan waktu yang pas untuk ayah dan anak berbincang.
Bisa juga dengan membuat suatu project bulanan yg melibatkan ayah.
Misal bulan ini ayah wajib membuatkan 1 mainan DIY untuk anak, meski jauh bisa tetap video call tutorialnya, sedangkan anak dan ibunya ikut mengikuti arahan dari Sang Ayah. Banyak jalan untuk tetap berkomunikasi, tinggal orangtua mau bekerja sama untuk melakukan komunikasi yang berkualitas.

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP

#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak