Review Diskusi kelompok 1 Kelas Bunda Sayang
TANTANGAN MENJAGA
FITRAH SEKSUALITAS
1.
Pemahaman bahwa
orientasi seksual tidak ditentukan oleh gender. Contoh : Tidak semua
manusia yang terlahir sebagai wanita akan memiliki orientasi seksual seorang
wanita. Banyak kalangan yang mempercayai bahwa meskipun orientasi seksual dan
gender merupakan hal yang berbeda. Jadi, meskipun seseorang terlahir sebagai
wanita, ia bisa jadi memiliki orientasi seksual lelaki atau wanita dan lelaki.
Bagi aktivis HAM, hal tersebuk adalah hak asasi manusia dan harus dilindungi.
Namun, bagi umat Islam, sudah jelas bahwa setiap orang yang dilahirkan sebagai
wanita, diharuskan untuk memelihara fitrahnya sebagai wanita, memiliki
kepribadian wanita.
2.
Akses terhadap informasi
yang tak terbatas. Contoh : Anak dapat mengakses pornografi dari internet
sehingga termotivasi untuk melakukan
pornoaksi. Pada era milenial ini, akses internet dapat diperoleh siapa saja,
termasuk anak. Maka, jika anak sudah dapat membaca dan melek teknologi ia sudah
dapat mengakses internet sendiri. Ia memiliki akses terhadap jutaan situs
dewasa. Bahayanya, karena anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, ia bisa
termotivasi untuk mempraktekkannya, yang biasa disebut dengan pornoaksi.
3.
Orang tua yang abai
dalam menjaga fitrah seksualitas anak. Contoh : Orang tua kurang memberikan
kasih sayang, perhatian dan pengetahuan mengenai fitrah seksualitas. Banyak
orang tua yang menganggap bahwa anak perempuan dan lelaki akan tumbuh sesuai
dengan gendernya. Mereka seringkali lalai bahwa ada fitrah seksualitas yang
harus dipelihara. Ada kalanya anak perempuan harus dekat dengan ibunya, dan
harus dekat dengan ayahnya, begitu pula dengan anak lelaki. Setiap orang tua
sebaiknya menjadi contoh bagaimana seorang wanita dan lelaki memerankan
tugasnya sesuai dengan gendernya. Mereka juga perlu dekat secara emosional,
bukan sekedar dekat secara fisik. Tak lupa, orang tua sebaiknya memberikan
nasihat, pengetahuan dan informasi yang diperlukan anak terkait fitrah
seksualitasnya,
MEDIA EDUKASI
1.
Menonton dan
mendiskusikan video ini bersama keluarga. Video ini dapat disebarluaskan
dan digunakan sebagai sarana diskusi bagi keluarga di Indonesia. harapannya
dengan adanya video ini, orang tua dapat termotivasi dan teredukasi mengenai pentingnya menanamkan fitrah
seksualitas kepada anak. Membuat mainan sebagai edukasi untuk anak terkait
fitrah seksualitas. Contoh : Membuat board game yang terdiri dari berbagai
pertanyaan, seperti, Apakah aurat wanita? Apakah tanda pubertas? Apakah
perbedaan wanita dan lelaki?, dan sebagainya. Seringkali orang tua merasa
bingung bagaimana cara membicarakan seks pada anak. Melalui permainan,
pembicaraan mengenai fitrah seksual tidak akan terasa tabu dan kaku. Permainan
pun bisa dibuat orang tua, dan disesuaikan dengan usia anak.'
FITRAH
SEKSUALITAS/FITRAH GENDER
Setiap anak lahir dengan fitrahnya masing-masing. Tugas
orangtua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, agar fitrah-fitrah
tersebut mampu berkembang optimal. Pendidikan fitrah seksualitas tentu berbeda
dengan pendidikan seks, memulainya pun tidak langsung dengan mengenalkan anak
pada aktivitas dan istilah seksual atau yang lainnya.
Tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah
seksualitas adalah
1. Anak mengerti tentang identitas seksualnya.
Dia memahami bahwa dia perempuan atau lelaki. Anak sudah
harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak dia berusia 3 tahun. Orangtua
berkewajiban mengenalkan organ seksual anak dengan nama ilmiahnya untuk
menghindarkan pada pentabuan. Menyampaikan secara jujur dan terbuka sehingga
anak jelas memahami identitas seksualnya
2. Anak mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Mampu menempatkan diri sesuai peran seksualitasnya, seperti
cara berbicara, berpakaian, dll.
3. Mengajarkan anak untuk melindungi kejahatan seksual.
Orangtua berperan mengenalkan tentang area pribadi anak agar
anak waspada kepada pihak yang mungkin melakukan kejahatan seksual padanya.
Cara Membangkitkan
Fitrah Seksualitas Pada Anak
Fitrah seksualitas pada anak bisa dibangkitkan menurut tahap
usianya masing-masing
TAHAP PRA LATIH
1. Usia 0-2 tahun
Anak harus dekat dengan ibunya, karena terdapat proses
menyusui. Bukan sekedar memberi ASI, tapi ibu benar2 memperhatikan anak ketika
proses menyusui.
2. Usia 3-6 tahun
Anak harus dekat dengan kedua orangtuanya atau dengan
menghadirkan sosok ayah dan ibu, agar anak memiliki keseimbangan emosional dan
rasional. Selain itu anak juga akan mampu membedakan sosok laki-laki dan
perempuan.
TAHAP PRA AQIL BALIGH
1. Usia 7-10 tahun
Anak didekatkan sesuai gendernya. Anak laki-laki dekat dengan
ayah dan anak perempuan dekat dengan ibu. Mengapa? Karena dalam rentang usia
ini, egosentris anak beralih ke sosiosentris. Anak perlu mendapatkan teladan
dari sosok sesuai gendernya, agar memahami bagaimana kegiatan keseharian dan
peran sosial sesuai gendernya.
Selain itu pada usia ini, masing2 orangtua menjelaskan
kepada anak tentang fungsi organ reproduksi dan konsekuensi akan keberadaannya.
Ayah jadi madrasah pertama anak lelakinya, dan ibu menjadi madrasah pertana
anak perempuannya tentang organ reproduksinya masing2.
2. Usia 11-14 tahun
Merupakan puncak perkembangan fitrah seksualitas anak. Anak
laki-laki mengalami mimpi basah, dan anak perempuan mengalami menstruasi. Masa
pubertas yang membuat anak memiliki ketertarikan pada lawan jenis.
Oleh karena itu pada masa ini, anak didekatkan dengan lintas
gender. Anak laki-laki dengan ibunya, dan anak perempuan dengan ayahnya. Agar
orangtuanya lah yang akan menjadi cinta pertamanya, sosok lawan jenis yang akan
diteladaninya dan mendapatkan penuh perhatian lawan jenis cukup dari kedua
orangtuanya.
Tentunya orangtua perlu memberikan pemahaman bahwa
ketertarikan pada lawan jenis adalah sebuah fitrah, dan belum boleh disalurkan
selama belum ada ikatan suci pernikahan. Yang tentunya belum waktunya bagi
mereka.
TAHAP AQIL BALIGH
Usia > 15 tahun
Anak bukan
lagi anak-anak. Mereka sudah menjadi individu yang setara dan bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.
Referensi :
Harry Santosa, Fitrah Based Education.
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html
http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-2.html
Pertanyaan
1.
Apa Yang harus dilakukan
orang tua yang terlambat menyadari pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas anak
saat anak mengalami disorientasi seksual?
Jawab :
Di beberapa negara, anak yang kelihatannya
tumbuh berbeda dengan gendernya biasa diberikan obat untuk menekan atau
memunculkan hormon tertentu (lihat: https://www.facebook.com/TheDailySignalNews/videos/967580886741197/.
Padahal, sebetulnya menurut penelitian, kecil kemungkinannya anak berbeda
dengan gendernya dan tidak perlu diberi obat-obatan. Jadi, kalau masih
anak-anak tidak ada yang mengalami atau kecil kemungkinannya mengalami
disorientasi seksual. Kembali lagi kepada orang tua, sebelum anak baligh, tetap
diajarkan sesuai fitrah gendernya
Contoh, ada seorang anak lelaki yang suka
sekali bermain permainan perempuan, ternyata itu terjadi sejak ibunya memiliki
anak lagi, perempuan yang sangat disayang, diperhatikan
Maka, anak lelaki tsb bertindak seperti
perempuan agar disayangi, diperhatikan seperti adiknya.
Banyak ujian
penyimpangan gender di lingkungan kita. Ikhtiyar kita mulai dari dalam keluarga
dan menjadikan pondasinya kuat. Sehingga seburuk apapun pengaruh dibluar sana,
insyaallah tidak akan terlalu mampu mengguncangnya
2.
Bagaimana menyiasati ketika
ayah dan ibunya LDR? Bagaimana memenuhi kebutuhan kehadiran ayahnya juga di
usia 3-6 tahun?
3.
Sang ayah hanya pulang
1minggu sekali. Apakah ada trik utk memenuhi vitamin ayah?
4.
Nah kalau ada kasus ayah
ibu berpisah atau meninggal, bagaimana yah agar anak tidak kehilangab sosoknya,
dan tidak terpapar dampak buruk penyimpangan seksual dari lingkungannya?
Jawab :
Sosok ayah bisa tetap dihadirkan misal dari
kakek, om, atau keluarga lain yang bisa membantu. Sesuai pengalaman Bu Septi, Dia
pernah bercerita tentang pengasuhan single mom, tapi kekurang-idealan dalam
keluarga tak selalu menghambat tumbuh dan kembang anak, insyaallah. Menghadirkan
sosok bukan berarti harus ada wujud asli ayah/bundanya. Nabi Muhammad
mendapatkan sosok ayah dari pamannya, maka kita pun bisa menyiasati kehadiran
sosok tersebut dari orang terdekat yg bisa dipercaya. Kakek, uwa, oom, atau yg
lain. Tips lain, komunikasi dengan ayah bisa dengan telfon atau video call
setiap hari. Dibuat jadwalnya kira-kira kapan waktu yang pas untuk ayah dan
anak berbincang.
Bisa juga dengan membuat suatu project
bulanan yg melibatkan ayah.
Misal bulan ini ayah wajib membuatkan 1
mainan DIY untuk anak, meski jauh bisa tetap video call tutorialnya, sedangkan
anak dan ibunya ikut mengikuti arahan dari Sang Ayah. Banyak jalan untuk tetap
berkomunikasi, tinggal orangtua mau bekerja sama untuk melakukan komunikasi
yang berkualitas.
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak