Sabtu, 16 Desember 2017

membangun karakter 10

Si Takut dan Si Berani
Saya berusaha menanamkan sifat berani pada Rauh. Setelah sempat kekurangan ide, akhirnya saya membuat cerita ini. Seorang manusia itu punya rasa takut dan berani. Semua orang pasti punya rasa takut. Mama, papa, ibu/bapak guru, Rabiza...semuanya punya rasa takut. Nah tapi rasa takut itu kadang mengecil atau membesar. Jika rasa takutnya membesar dia akan mengejek si Berani karena badannya kecil dan lemah. Jika si Berani membesar maka si Takut akan semakin kecil dan ketakutan. Sekarang tinggal pilih kakak Rauh mau si Takutnya besar atau si Berani yang besar. Dia pun tersenyum sambil masih terlihat takut. Jika ingin si Berani dalam diri kakak Rauh membesar, kakak Rauh harus bisa mengalahkan si Takut dengan berkata “hey takut saya berani,” nah maka si takut pun akan mengecil dan tidak bisa melawan si Berani.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Membangun Karakter 9

Landak dan Singa
Kali ini saya bercerita tentang keberanian kepada Rabiza. Diantaranya kedua kakak beradik ini, rabiza paling antusias mendengarkan dongeng, cerita-cerita ataupun kisah. Meskipun cerita yang saya sampaikan tidak terlalu seru, tapi dia setia mendengar mamanya berceloteh. Kali ini saya bercerita tentang seekor landak dan singa. Seekor landak sedang makan malam bersama anak-anaknya dengan gembira. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara aneh di balik semak-semak. Mereka sangat ketakutan, anak-anak pun berlindung di balik tubuh ibunya. Pemilik suara menyeramkan pun keluar, seekor singa jantan perlahan mendekat. Ibu landak berusaha melindungi anak-anaknya. Dia sangat ketakutan jika singa itu mengganggu anak-anaknya. Ibu landak pun memberanikan diri untuk maju. Singa pun berusaha mengganggu anak-anak landak. Ibu landak maju dengan duri-duri yang berdiri berusaha mengusir singa. Tapi singa itu tidak mau pergi malah terus mendekati dengan cepat. Ibu landak pun maju dan memukul wajah singa dengan badannya. Singa pun meringis kesakitan. Pasalnya duri ibu landak menancap di bibirnya. Singa pun pergi meninggalkan ibu landak dan anak-anaknya. Nah tidak perlu takut kan. Meskipun landak lebih kecil badannya, terapi dia berani menghadapi singa yang badannya lebih besar.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

membangun karakter 8

Suara-suara aneh
Setiap malam Rauh harus ditemani tidur sampai terlelap. Dia pun tidak berani untuk pergi ke kamar mandi. Setiap suara-suara terdengar menyeramkan. Malam ini kami makan malam bersama. Saya bercerita bahwa ada seorang anak laki-laki yang tidak bisa tidur. Dia disuruh ibunya untuk tidur sendiri di kamarnya. Tapi kenapa matanya terpejam. Suara-suara aneh pun kerap ia dengar membuatnya semakin tidak bisa tidur. Dia mendengar suara aneh yang pertama, tenyata itu suara air. Dia pun merasa tenang. Lalu ia mendengar suara kresek-kresek..dia dengarkan hati-hati dan ternyata itu suara tikus di luar rumah. Kemudian dia pun mendengar suara aneh lagi di meja makan, dia memberanikan diri keluar dari kamar untuk melihat. Hmmm ternyata hanya suara cicak memakan remah-remah kue. Dia pun pergi ke kamarnya lagi. Namun dia melihat bayangan aneh dari jendela kamarnya, bayangan itu bergerak-gerak. Dia pun ketakutan, lalu dia mengintip dari balik jendela. Hmm ternyata hanya sebuah pohon yang tertiup angin. Sekarang dia tidak takut lagi dan bisa tidur, tak lupa dia pun berdoa agar sepanjang malam dilindungi.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Membangun karakter 7


Mimpi Mama
Suatu hari saya sangat capek. Rabiza ingin ditemani main di luar. Saya menolak. Lalu saya mengarang cerita untuk mengalihkan perhatiannya.
Suatu hari ada seorang ibu yang punya pekerjaan sangat banyak. Dari pagi sampai menjelang sore pekerjaanya tidak habis-habis. Sang ibu terlalu lelah untu mengerjakan semuanya. Akhirnya dia pun tertidur di lantai. Ia pun bermimpi bahwa adan sekumpulan burung dan kupu-kupu yang masuk ke rumahnya membantu sang ibu merapikan rumahnya. Rumah pun terlihat bersih rapi dan wangi. Sang ibu pun tersenyum melihat semua pekerjaannya beres. Dia pun sangat bahagia.
Ketika dia terlena dengan mimpi indahnya, tiba-tiba dia mendengar suara yang memanggil.
“ibu...ibu....bangun”
Ibu pun terbangun, namun dia kaget ternyata semua pekerjaannya sudah selesai. Dia mengira ada burung dan kupu-kupu yang membantu merapikan semuanya. Namun anaknya mengatakan bahwa dia kasihan melihat ibu tertidur di lantai. Maka dia mengajak adiknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Ohh ternyata mimpi ibu jadi kenyataan, tapi bukan burung dan kupu-kupu yang merapikan semua tapi anak-anaknya. Sang ibu tersenyum dan bahagia sambil merangkul kedua anaknya.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

membangun karakter 6

Sabar, kisah nabi ayyub
Rauh terlihat murung dan tidak sabar. Saya ceritakan Kisah Nabi Ayyub AS kepadanya. Saya ceritakan sambil mengerjakan pekerjaan di dapur.Rauh terlihat heran dengan kisah Nabi Ayyub yang diuji oleh Allah sedemikian rupa, tetapi dia tetap beribadah kepada Allah.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

membangun karakter 5


Sang hujan yang tidak berhenti-berhenti
Rabiza terlihat cemberut dan murung, pasalnya sberhari-hari hujan tidak berhenti. Dia tidak bisa main di luar. Saya pun bersuara aneh untuk memancing perhatiannya. Oh ternyata itu suara hujan.
“sabar yaaa Rabiza, saya sedang menyirami bumi agar tumbuh subur” kata hujan
“Tapi kenapa hujannya lama sekali?” kata Rabiza
“ saya tidak hanya sekedar menyiram tanah, tapi menyimpan air juga di dalam tanah, agar manusia bisa menggunakannya bertahun-taa..hun” jawab hujan
Rabiza terlihat antusias, oo jadi airnya nnati digunakan mandi, minum dan memasak yaaa? Saya pun mengangguk sambil tersenyum.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

membangun Karakter 4

Menyayangi adik, pahatu lalis
Kakak beradik ini sering kali bertengkar. Tak jarang sang kakak sering membuat adiknya menangis. Saya ingat cerita anak yatim piatu dalam dongeng sunda. Saya ceritakan kepada mereka. Mereka pun terlihat antusias dan berjanji untuk saling menyayangi satu sama lain. Namun esoknya mereka suka betengkar lagi. Saya pun mengingatkan cerita itu lagi. Hmmm ternyata butuh cerita banyak untuk disampaikan agar mereka tidak bosan dengan cerita yang sama
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Membangun Karakter 3

Sabar, menunggu gigi tumbuh
Gigi kakak Rauh tanggal, hampir berbulan-bulan gigi barunya tidak tumbuh-tumbuh. Dia merasa tidak percaya diri. Saya ceritakan tentang pohon labu, kulit angsa dan jangkrik. Mereka semua kehilangan daun, bulu dan kulit luarnya. Namun mereka tidak sedih karena daun yang jatuh akan diganti dengan daun baru, begitu juga dengan bulu yang rontok dan kulit semua akan diganti dengan yang baru.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Membangun karakter 2

Humoris.
Rauh kadang terlihat suka marah-marah kepada adiknya. Mamanya inisiatif untuk menceritakan tentang penjual yang punya sifat pemarah dan galak terhadap pembeli. Semua pembeli di pasar tidak suka berbelanja di tokonya. Kuci disuruh ibunya membeli ke toko itu, tiba di depan toko itu. Kuci berhenti uangnnya tinggal sedikit lagi. Akhirnya dia memasang wajah senyum dan mengajak penjual itu tertawa dengan sifat humornya. Tiba saatnya dia harus membeli barang dengan uang sisa. Karena penjual itu bahagia dan tertawa dia di memberi diskon kepada kuci.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng 1

Gora dan Gori
Cerita ini berawal dari anak-anak yang malas mandi ketika keasyikan bermain, ceritanya saya ambil dari buku “36 Dongeng Terbaik Pilihan Kak Andi”
Hmmmm Gora dan Gori adalah dua gorila bersaudara. Gora sang kakak, adalah anak yang rajin dan bersih. Sedangkan Gori adiknya adalah anak yang malas dan jorok. Suatu hari Gori bangun pagi-pagi. Bukannya mandi, Gori langsung keluar rumah dan bermain. Sore ini, Gori baru saja main tanah dengan teman-temannya. Bukannya terus mandi, ia malah langsung tidur dengan badan penuh tanah.
“Goriiii, mandi dulu!” teriak Gora marah saat seprai jadi kotor dan penuh dengan tanah
Gori menggeliat sambil menguap, “iya sebentar lagi,” ujar Gori malas
Untung ayah mereka segera datang dan membujuk Gori untuk mandi. Kalau tidak....wah seisi rumah bisa mencium bau tidak sedap.
Gori memang sudah kelewatan, dia memang anak pemalas dan susah disuruh mandi.
Suatu hari di keluarganya diadakan pesta dan perlombaan. Gora dan Gori segera mendaftar lomba menyanyi. Lomba menyanyi pun dilaksanakan. Satu per satu peserta lomba dipanggil. Tiba saatnya Gori dipanggil ke atas panggung. Awalnya Gori menyanyi bagus sekali. Namun.....tiba-tiba Gori melakukan tarian aneh, tangannya meliuk-liuk ke seluruh tubuhnya. Ho.. ternyata itu bukan tarian, Gori sedang menggaruk-garuk seluruh badannya. Gori tidak tahan lagi dia segera berlari meninggalkan panggung dan pergi ke rumah untuk mandi. Setelah mandi Gori terlihat tampan bersih dan wangi. Para juri pun memberi kesempatan kepada Gori untuk menyanyi sekali lagi. Wah... Gori menyanyi dengan bagus semua penonton terpukau.
#tantangan10hari
#level10
#kuliahBunsayIIP

#GrabYourImagination

Rabu, 15 November 2017

Mengasah Kreatifitas 10

Ceritanya, saya beli perlak bayi. Tidak tahu kenapa perlak yang saya beli lengket seperti terkena lem.  Saya cuci beberapa kali tetap lengket dan tidak bisa digunakan. Ketika adik bayi lahir perlak pun masih lengket, terpaksa dilipat dua dengan bagian lengket di dalam. Saya mengajak abiza untuk mencoba membersihkan dengan tisu basah.
Mama : abiza kok perlaknya lengket ya??
Abiza : (terlihat berpikir dan tidak menemukan jawabannya)
Mama : kita coba bersihkan dengan tisu basah yuk
Abiza : (dengan sigap membawa sehelai tisu basah, lalu menggosok-gosok ke perlak)
Esoknya perlak masih lengket dan penggunaaan tisu basah tidak efektif. Akhirnya saya mencoba membersihkannya dengan minyak kelapa. Saya pun mengajak abiza untuk mengoleskan minyak dengan tangannya ke permukaan perlak.
Abiza : licin ya ma
Mama : iya minyak memang licin, mudah-mudahan perlaknya tidak lengket lagi
Setelah didiamkan selama satu hari, perlak masih lengket dan penggunaannya masih dilipat. Saya sempat kehabisan cara dan memutuskan untuk membeli yang baru. Tiba-tiba mata saya tertuju pada bedak bayi, iseng-iseng ditaburkan di bagian sudut perlak yang sudah diolesi minyak. Setelah didiamkan beberapa jam, ternyata tidak lengket. Saya memutuskan untuk menaburkan bedak ke seluruh bagian perlak tanpa ada yang terlewat, niatnya untuk membersihkan minyak pada perlak. Saya mengajak abiza untuk menaburkan bedak dan meratakannya dengan tangan. Dia tampak antusias dan wajahnya sumringah, mungkin dia berpikir seperti bermain bedak-bedakan bersama temannya. Setelah semua bagian perlak tertutup bedak, barulah berpikir bagaimana caranya untuk membersihkan bedaknya. Saya coba dengan tisu basah dan didiamkan hingga kering. Ternyata permukaan perlak yang dibersihkan terasa mulus dan tidak lengket lagi. Saya merasa semangat untuk membersihkan seluruh bagian perlak. Saya meminta abiza untuk membantu saya membersihkan semua sudut dan sela-selanya. Alhasil perlak lengket pun sekarang bersih dan mulus, beli perlak barunya tidak jadi ^^
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Mengasah Kreatifitas 9


Kelahiran bayi yang ketiga ini sangat dinanti-nanti oleh semua anggota anggota keluarga. Papa, kakak Rauh, teteh abiza dan saya sendiri sangat bersemangat menyambut bayi kecil. Tidak seperti kakak-kakaknya, anak ketiga ini lahir dengan kondisi saya yang bekerja di luar domestik. Otomatis nanti akan sering menyusui di ruang-ruang publik. Saya terpikir bagaimana tetap menyusui dengan nyaman dan aurat tetap terjaga. Saya melihat di perlengkapan bayi dan menemukan apron untuk menyusui. Saya pun pernah melihat beberapa ibu yang menyusui dengan apron. Tapi saya merasa kurang sreg dengan penggunaan apron ini karena terlihat tidak fashionable. Saya mencari cara bagaimana tidak terlihat sedang menyusui dan kain yang dipakai tetap bagus dilihat. Saya coba searching model-model baju untuk menyusui dan membayangkan ibu menyusui memakai baju-baju tersebut. Sambil berimajinasi saya teringat dengan model fashion cape. Setelah searching gambar-gambar cape, saya menemukan model yang pas. Selanjutnya tinggal mencari bahan dan warna yang bagus. Saya tidak sabar untuk segera memakai model cape ini untuk menyusui  ^^
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Mengasah kreatifitas 8

Salah satu makanan favorit keluarga adalah roti dengan isi eskrim. Kami sengaja membeli roti tawar untuk dimakan bersama eskrim coklat. Saya mengolesi roti dengan eskrim seperti mengoles mentega. Tapi dengan cara ini seringkali eskrim meleleh keluar, sehingga kami pun sering terburu-buru menghabiskan roti sebelum meleleh. Dan itu jadi kegiatan seru. Saya berpikir bagaimana caranya eskrim terbungkus rapi dengan roti tanpa meleleh keluar. Setelah melihat abiza dan kakak rauh yang makan roti sandwich. Saya coba membuat roti sandwich isi eskrim dengan pinggiran tertutup. Saya gunakan mangkuk kecil untuk mencetak roti dan merapikan pinggirannya. Daan jadi deh roti sandwich isi eskrim kesukaan semua anggota keluarga.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Selasa, 14 November 2017

mengasah kreatifitas 7

Tantangan kali ini adalah bagaimana sang kakak berani tidur sendiri. Seringkali dia tidak bisa tidur dan harus ditemani sampai terlelap. Karena dia senang dengan sesuatu yang ramai, meriah dan banyak orang, akhirnya saya mencari cara agar kamarnya “ramai”. Saya coba dengan membuka laptop dan menyetel murotal al Ghamidi di Winamp. Dia mencoba memejamkan mata dengan mendengarkan murotal sampai terlelap.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

mengasah kreatifitas 6

Sepulang sekolah, biasanya Rauh main dengan teman-temannya. Siang ini tidak ada satu teman pun yang ia temui. Karena adiknya membuat cat dengan terigu dan pewarna makanan. Saya pun menawarinya untuk ikut bermain. Semua saya bolehkan, dari mulai menggunakan perabot dapur, mencampur warna-warna sampai mengecat bangku kecil dengan cat buatan mereka. Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat. Mereka pun bisa bermain dengan puas.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

mengasah kreatifitas 5

Malam ini Rauh ingin membuat pigura dengan hiasan dari alam. Awalnya ingin menggunakan kerang. Namun toko yang menyediakan bahan-bahan kerajinan dari alam jaraknya jauh dari rumah.  Saya mencari di sekitar rumah untuk bisa dijadikan bahan membuat pigura. Kami membongkar kemasan sprei untuk piguranya. Tinggal hiasan untuk pinggirannya. Saya ingat penjual buah langganan, saya minta biji-bijian kecil dari dagangannya, didapatlah biji buah melon. Selanjutnya saya minta Rauh untuk mencuci dan mengeringkannya. Masih kurang untuk hiasan piguranya. Kami mencari sesuatu yang bisa dijadikan hiasan. Inspirasi datang dari hamster peliharaan kami. Akhirnya kami menggunakan pakan biji-bijian hamster dan kuaci untuk dijadikan hiasan. Tinggal mengerjakan piguranya. Hasilnya unik, pigura dengan hiasan biji melon dan pakan hamster.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Jumat, 10 November 2017

Mengasah Kreatifitas 4

Rauh termasuk anak yang kinestetik. Seharian harus full aktifitas. Makanya dia lebih sering main di luar rumah bersepeda, lari-lari dan mengerjakan sesuatu dengan teman-temannya. Ketika teman-temannya tidak ada, dia pun masuk rumah dengan wajah murung.
Mama : Kenapa kak?
Rauh : ga da temen (sambil murung)
Mama : buat plastisin yuk....
Rauh : sok ma...sambil agak marah dan bete
Mama : ambil pewarna makanannya, yang kak Rauh suka aja
Beberapa  menit kemudian kami sudah mulai mencampurkan pewarna dengan adonan plastisin yang agak hangat
Mama : kita buat mobil aja
Rauh hanya diam melihat mamanya yang agak sibuk, bingung membentuk mobil dari plastisin
Mama : sepertinya harus pake contoh, coba ambil mobil mainan punya kakak, yang mana aja
Rauh : ah mama ga usah pake contoh
Mama : tapi mama bingung harus bentuk gimana dulu.
Akhirnya saya menyerah membuat mobil
Mama : kita buat helikopter aja, kita cari gambar-gambar helikopter, lalu buat sesuai model yang disuka
Rauh : boleh ma (sambil antusias)
Beberapa menit kemudian saya masih bingung membuat helikopter, akhirnya saya tinggalkan Rauh karena harus menyusui adik bayi. Beberapa menit kemudian...
Rauh : Ma lihat Rauh udah beres bikin helikopternya, sekarang mau main di luar sambil menyimpan helikopter yang sudah jadi di atas meja. Saya penasaran dengan bentuknya. Setelah dilihat ternyata dia dengan mudahnya membentuk helikopter sesuai imajinasinya, tanpa takut salah membentuk plastisin. Hmmm ternyata mamanya banyak mikir tanpa eksekusi dan takut salah. Sang anak sudah kreatif duluan.
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative


Mengasah Kreatifitas 3

Sudah beberapa hari Rabiza sakit. Kata dokter sakit gejala tifus. Saya jaga-jaga agar Rabiza  tidak terlalu aktif dan banyak istirahat. Sehari dua hari panasnya belum turun, Rabiza pun banyak tidur dan cepat lelah. Setelah empat hari kondisinya mulai membaik, tapi warna lidahnya masih agak putih. Saya mencoba memahamkan bahwa meskipun tidak panas lagi, tetap harus istirahat dan tidak bisa main ke luar rumah. Mulailah dia bete dan nangis-nangis karena tidak bisa main keluar, makanan pun dijaga harus bubur. Sempat protes tidak mau minum obat dan makan bubur. Akhirnya saya menawarkan untuk menemani dia main di rumah. Rabiza pun mengangguk, dia bawa kertas karton dan gunting.
Rabiza : ma kita jual-jualan ya...
Mama : oke...
Dia pun mulai menggunting kertas kecil-kecil, ceritanya dia mau bikin makanan
Rabiza : giliran mama yang gunting-gunting
Mama : oke, sini guntingnya. Kita bikin bentuk-bentuk lain yuk kertasnya.
Mulailah saya membuat berbagai macam bentuk dari kertas, Rabiza pun tertarik dengan bentuk-bentuk aneh yang saya buat.
Rabiza : dagangannya sudah siap!! Mama yang beli, nih Rabiza kasih mama uang dulu sama dompetnya...
Mama : (sambil tersenyum) siap !!
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Mengasah Kreatifitas 2


Hari ini Rauh diberi tugas untuk menghafal nama-nama bulan Masehi. Sepulang sekolah dia agak murung karena pulang terakhir. “yang hafal nama-nama bulan bisa pulang duluan,” katanya murung. Saya coba cek, “kita hafal sama-sama yuk”
Mama : dari bulan pertama ya...Januari, Februari,
Rauh : maret, Mei.....(dan selanjutnya ngahuleng.... ^.^)
Mama : ayo ulangi lagi
Rauh : lupa lagi ma.....
Dan esoknya saya belum menemukan cara agar Rauh bisa hafal nama-nama bulan. Di suatu siang saya sedikit bernostalgia dengan lagu-lagu mandarin zaman dulu. Karena tidak hafal liriknya, saya hanya bergumam. Ketika melihat rauh saya jadi teringat nama-nama bulan. Aha! Saya coba pake lirik nama-nama bulan. Saya coba dua kali, Rauh mendengarkan dengan seksama... “Enakeun ma laguna, sekali lagi ma..” katanya. Dan kami pun bernyanyi bersama sampai hafal semua nama-nama bulan. Adiknya pun jadi ikut-ikutan hafal nama-nama bulan karena kakaknya sering menyanyikan berulang-ulang
“Besok kalo bu guru tes, rauh sudah hafal semua,” katanya dengan percaya diri

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Senin, 06 November 2017

Mengasah kreatifitas 1

Mengasah Kreatifitas
Setiap hari selalu ada tantangan dalam mengasuh anak. Kadang-kadang tingkah dan perilaku anak memancing emosi kita. Namun kita bisa mensiasatinya dengan pengasuhan secara kreatif.
Tantangan yang belum berhasil sepenuhnya adalah memisahkan tidur Rauh, anak laki-laki yang pertama. Sudah semenjak usia TK diberi pendekatan, bahwa nanti ketika umurnya 7 tahun tidurnya harus sendiri tidak bersama orang tua lagi. Sebelumnya saya berinisiatif untuk memisahkan tempat tidurnya tapi masih dalam satu kamar. Rauh tipe anak yang melakukan sesuatu dengan setahap demi setahap. Jadi saya tidak  langsung memisahkan kamarnya. Ketika adiknya berumur tiga tahun, justru kesiapan pisah kamar datang dari adiknya. Mungkin ini bisa dijadikan cara untuk memisahkan tidur sang kakak pikirku.
Alhasil kamar di tata sedemikian rupa agar anak-anak betah dan suka. Anak-anak diberi kasur masing-masing dan disimpan bersebelahan tengahnya disekat dengan loker-loker dan box-box plastik. Lalu saya menegaskan area kamar sang kakak dan sang adik. Dengan adanya adik dalam satu kamar, diharapkan sang kakak bisa berani tidur tanpa orang tua
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip

#thinkcreative

Sabtu, 06 Mei 2017

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 10

Pengamatan-pengamatan tentang gaya belajar ini memberikan informasi yang sangat berharga bagi saya pribadi. Pemilahan gaya belajar untuk tiap anak bukan berarti anak hanya diberi rangsangan tertentu saja. Contohnya, ketika Rauh yang cendrung auditori dan dan kinestetik tetap saya beri pelajaran yang melibatkan visualnya. Begitu juga Rabiza yang cenderung visual auditori, tetap saya latih untuk bisa beraktifitas dengan menggerakan semua anggota tubuhnya.
Dari 10 hari pengamatan, pengisian tabel gaya belajar anak adalah :
Visual
Nama Anak
Auditory
Nama Anak
Kinestetik
Nama Anak
Menyukai hal-hal yang bersifat detail dan rapi
Rabiza
Suka membaca dengan suara keras
Rauh, Rabiza
Berbicara menggunakan tangan/gesture
Rauh
Banyak gambar atau ilustrasi di buku catatannya
Rabiza
Suka berbicara sendiri ketika menyimpan dan mengingat suatu informasi
Rabiza
Menyukai pelajaran yang berhubungan dengan praktik langsung
Rauh
Ketika berpikir kadang menutup mata sambil membayangkan
Rabiza
Mengemukakan ide dengan ekspresi kata-kata/verbal
Rabiza
Lebih mudah mengingat sesuatu/ pengetahuan yang dilakukan daripada pengetahuan yang dibacanya
Rauh
Visual : Rabiza 3 point
Auditory : Rabiza 3 point, Rauh 1 point
Kinestetik : Rauh 3 point
Kesimpulan :
Rauh auditory kinestetik
Rabiza visual auditory


Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 9

Suatu hari saya menggelar stok-stok kain untuk diberikan ke tukang jahit. Saya membuka lebar-lebar tiap kain. Rabiza melihat kain-kain itu dan meminta izin untuk memainkannya. Saya mengangguk. Saya perhatikan matanya berbinar-binar setiap melihat motif-motif kain yang bagus dan cerah. Saya tanya, “Rabiza suka?” Ia mengangguk sambil tersenyum. “kenapa suka?”, saya bertanya lagi. “suka karena gambarnya lucu-lucu, Abiza juga pengen dikasih kain sama Mama” jawabnya. Rauh yang sedari tadi duduk di sampingnya bersikap acuh tak acuh. Dia hanya mengikuti intruksi adiknya untuk memainkan kain-kain itu
Kesimpulannya, Rabiza cenderung visual sedangkan Rauh tidak
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 8

Suatu malam ketika saya selesai menuturkan cerita. Saya bertanya kepada Rauh dan Rabiza
Mama : Rauh senang cerita yang dituturkan atau dibacakan?
Rauh : mmm lebih senang jika mama cerita tidak pakai buku.
Mama : ohh yaa! Kalau Rabiza, mama ceritanya pakai buku jangan?
Rabiza : pakai buku! Biar bisa melihat gambarnya.
Mama : Oh yaa?!
Kesimpulannya Rauh lebih tertarik dengan aktifitas pendengarannya (Auditori) sedangkan Rabiza lebih tertarik dengan aktifitas penglihatannya (visual).
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 7

Pengamatan selanjutnya seputar aktifitas di dalam rumah. Rabiza sangat menikmati permainannya di rumah. Dia bisa berimajinasi menggunakan alat-alat yang ada di rumah. Semua perabot bisa dijadikan mainan yang asyik. Rauh sangat berkebalikan dengan Rabiza. Dia mudah jenuh dan cepat bosan. Dia selalu bingung harus melakukan apa di rumah.
Dalam hal kerapihan kamar, Rauh dan rabiza sangat berbeda. Rabiza bisa merapikan kamarnya dengan versinya. Dia berinisiatif merapikan kamarnya tanpa disuruh. Sedangkan Rauh, dia memandang beres-beres sebagai aktifitas yang membosankan. Dia bisa saja merapikan kamarnya jika disuruh tapi tetap saja berantakan. Rauh lebih suka membersihkan teras dengan permainan selang airnya atau membersihkan bak kamar mandi sekaligus dia berendam di dalamnya.
Rauh senang main di rumah jika bersama teman-temannya. Sedangkan Rabiza tertarik untuk merapikan sandal teman-teman kakaknya di teras.
Semakin jelas, Rabiza cenderung visual dan Rauh kinestetik
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 6

Setiap ahad, saatnya Father’s day. Biasanya aktifitas yang disukai Rauh adalah olahraga pagi sambil menyusuri daerah-daerah yang baru. Kegiatan ini membuat Rauh ketagihan. Hampir setiap Ahad dia selalu menagih pada Ayahnya. Rabiza belum diberi izin untuk ikut, karena belum kuat berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. Pada suatu hari Ahad, suami mengajak jalan-jalan menyusuri daerah yang pernah dilaluinya dengan Rauh. Kami menggunakan motor berempat. Saya menikmati sepanjang jalan, apalagi Rauh sangat antusias menjadi tour guide kami. Kami melewati kolam-kolam ikan yang super besar dengan jalanan yang sepi. Semakin jauh semakin dia bersemangat menerangkan apa yang yang dilalui kami. Tapi ohh Rabiza tidak senang dengan perjalanan kami. Dia merengek minta pulang dan sedikit takut dengan daerah baru. Dia meminta ayahnya untuk putar arah dan tidak berkendara terlalu jauh.
Cerita lainnya ketika kami berkesempatan untuk mengunjungi museum transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Saat itu saya mengira Rabiza tidak tertarik pada alat transportasi. Dia memilih bersama saya daripada mengikuti kakaknya berkeliling museum. Ternyata Rabiza memang kurang tertarik dengan penjelajahan.
Hmmm, kesimpulan yang bisa ditarik dari kejadian ini adalah Rauh sangat senang mengeksplor lingkungan dan daerah baru sedangkan Rabiza tidak. Di lain waktu ketika kami jalan-jalan ke pameran kerajinan tangan Rabiza sangat antusias untuk memperhatikan keterampilan merangkai bunga. Nah Rabiza cenderung anak visual.
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Tentang Gaya Belajar 5

Hari ini Rauh mendapat tugas pelajaran Agama dari sekolahnya. Dia harus menjawab beberapa pertanyaan mengenai materi yang dipelajarinya di sekolah. Dia meminta saya untuk membantunya. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Setelah di cek, Rauh hanya perlu menjawab sesuai dengan materi yang ditulisnya di buku. Ternyata Rauh sama sekali tidak mengingat materinya. Saya bantu untuk membacakannya keras-keras, akhirnya dia bisa mengerjakan tugasnya. Di lain waktu dia bercerita tentang Nabi Musa. Rauh terlihat sangat hafal alur ceritanya. Saya perhatikan lirikan matanya lebih sering ke bawah dengan tangan-tangan yang bergerak mengikuti alur cerita. Saya tanya dapat cerita itu dari mana, dia mendengarkan dari gurunya di sekolah.
Dengan pengamatan tersebut saya simpulkan bahwa Rauh lebih maksimal menyerap informasi/pelajaran dengan pendengarannya (auditori). Gerakan tangan ketika berbicara menandakan ia cenderung kinestetik. Berbeda dengan Rabiza, dia lebih berekspresi dengan kata-kata daripada gerakan tangan. Rabiza bisa bercerita panjang dengan posisi tangan diam. Setelah ditanya bagaimana cerita lebih jelasnya, baru dia menggerakkan tangan.
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Jumat, 05 Mei 2017

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 4

Family Project bulan lalu adalah kami memilah mainan sesuai kategori. Saya menyiapkan keranjangnya dan anak-anak membuat kategorinya. Alhasil ada lima keranjang yang disiapkan sesuai dengan kategori mainan yang dimiliki. Anak-anak terlihat antusias, pasalnya mereka menemukan mainan-mainan dulu yang terselip di tempat mainan. Setelah dirapikan mainan-mainan pun terlihat rapi dan mudah dicari.
Tibalah waktu mereka memainkan semua mainan-mainannya. Namun kami melakukan kesepakatan, bahwa mainannya harus dirapikan sesuai keranjang. Mereka mengangguk setuju. Rauh menjejerkan mobi-mobilnya dari yang terkecil sampai paling besar. Tidak banyak alat yang digunakan untuk “melengkapi” ceritanya. Saya pikir itu lebih mudah untuk dirapikan. Rabiza lebih banyak “cerita” dalam mainannya dan tentu saja menggunakan alat pendukung lebih banyak daripada kakaknya. Saya wanti-wanti agar tidak menggunakan mainan secara bergiliran. Rabiza protes, dia keukeuh bahwa dia memang perlu semua mainan-mainan itu. Waah ini pasti jadi pekerjaan baru bisik saya. Waktu pun berjalan, hampir dua jam mereka bermain. Terlihat mata mereka sudah mulai lelah dan mengantuk. Saya memberikan warning bahwa mereka harus merapikan mainan-mainan terlebih dahulu sebelum tidur. Rauh tampak acuh tak acuh mendengar perkataan saya. Rabiza, dia nampak bergegas, saya membantu alakadarnya. Setelah semua mainan Rabiza rapi, Rauh tampaknya tertidur dan lupa membereskan mainannya. Saya berkata, “waah kakak ketiduran, mainannya belum dibereskan,”  Rabiza tidak berkomentar dia langsung membereskan mainan kakaknya sesuai kategori.
Sampai di sini saya menyimpulkan bahwa Rabiza menyukai hal yang detail dan rapi. Karakteristik yang termasuk visual. Di lain kesempatan dia senang membereskan kamarnya dengan inisiatif sendiri. Kategori barang yang di kamarnya cukup banyak dan dia tidak keberatan untuk memilahnya setiap kali dibereskan. Sedangkan Rauh dia tidak visual dan kurang terhadap hal-hal detail.
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Gaya Belajar Anak 3

Pada suatu malam saya bercerita tentang kucing yang melahirkan 7 anak kucing. Dulu ketika saya masih kuliah dan adik-adik masih sekolah, rumah kami memang sempat dikunjungi kucing yang sedang hamil besar. Kucing itu mencari tempat untuk melahirkan, kami tempatkan dia di garasi dengan diberi dus besar dan kain untuk melahirkan. Cerita ini saya tuturkan pada anak-anak karena saya sudah bosan dengan cerita-cerita di buku yang minta dibacakan berulang-ulang. Ternyata anak-anak sangat antusias mendengarkan. Mereka tidak menyela sampai cerita saya habis dan dengan dengan mata terbuka lebar mereka menanyakan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Saya pikir kedua anak saya punya kemampuan audio yang baik. Mereka mampu menyerap informasi dengan telinga mereka.
Selang beberapa hari, Rabiza meminta saya untuk mendengarkan ceritanya. Suatu hal yang tidak biasanya dia ingin bercerita. Biasanya dia selalu memilih buku-buku yang ingin dibacakan oleh saya tiap malam. Saya pun mengiyakan untuk mendengarkannya bercerita. Mulailah dia bercerita tentang seekor kucing. Saya pikir dia akan menceritakan lagi cerita saya tempo hari. Namun, ternyata dia memodifikasi cerita yang dituturkan saya dengan alur yang berbeda. Jadilah saya bisa mengamati lirikan matanya ketika berbicara serta ekspresinya anggota tubuhnya. Kesimpulannya, Rabiza senang berekspresi dengan kata-katanya, tangan dan kakinya cenderung diam dan lirikan matanya lebih banyak ke atas ketika berbicara. Saya mengira Rabiza termasuk anak audio visual. Namun pengamatan harus berlanjut agar lebih meyakinkan.
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Cerita Tentang Gaya Belajar Anak 2

Gaya family time kami adalah setiap anggota keluarga menceritakan hal yang menarik yang dia temukan sehari-hari. Rauh dan Rabiza biasanya menceritakan apa yang mereka kerjakan di siang hari. Di waktu sore atau setelah magrib saya mendampingi mereka sambil bercerita. Setelah saya selesai bercerita, mereka selalu berebutan untuk bercerita. Ada pengalaman yang menarik ketika mereka berebutan bercerita. Rabiza bercerita dengan suara keras dan cepat dan berusaha merebut perhatian saya. Dia akan terus berbicara sampai pandangan saya tertuju padanya. Dia tidak terganggu dengan suara kakaknya yang sama ingin merebut perhatian saya untuk didengarkan. Berbeda dengan Rauh, kakaknya, dia bercerita dengan suara lebih pelan. Kadang-kadang dia berhenti sejenak karena kalah suara dengan adiknya. Sampai titik dia diam dan kesal karena kalah untuk merebut perhatian saya untuk didengar lebih dulu.
Dari pengamatan ini saya menyimpulkan bahwa Rauh cenderung auditory dan mudah terganggu dengan keributan. Sedangkan Rabiza dia cenderung visual dan tidak terganggu dengan keributan.
#Tantangan10hari
#Level4

#GayaBelajarAnak

Cerita Tentang Gaya Belajar 1

Pengamatan secara intensif  tentang gaya belajar Rauh dan Rabiza dilakukan pada dua tahun terakhir. Saat itu Rauh masih di taman kanak-kanak dan Rabiza selalu mengikuti apa yang dilakukan kakaknya. Ketika pembagian rapor, Rauh punya sisi akademis yang belum terlihat, nilainya masih standar. Mulai saat itu saya tertantang untuk menggali potensi yang dimiliki Rauh. Interaksi dan keterlibatan adiknya dalam bermain memperlihatkan potensi dan gaya belajar masing-masing. Minat dan kesukaan pun terlihat jelas dengan sikap masing-masing anak terhadap suatu aktifitas.
Pada suatu hari di hari libur, Ayahnya mengajak jalan-jalan keluarga ke perkebunan teh di Lembang. Mereka sangat antusias untuk ikut. Tiba di lokasi mata Rauh langsung berbinar-binar, dia berniat untuk pergi ke puncak bukit teh. Saya langsung mengiyakan dan menyemangatinya untuk segera mengeksplor. Adiknya melihat bukit kebun teh dengan sikap biasa-biasa. Saya mengajaknya untuk ikut serta menaiki bukit.
Aktifitas-aktifitas di bukit teh memperlihatkan minat anak-anak. Rauh terlihat semangat mengeksplor daerah yang dikunjunginya dan menemukan jalan-jalan baru di kebun teh. Sedangkan Rabiza berjalan mengikuti saya dan tidak berinisiatif untuk bermain sendiri. Rauh masih terlihat betah dan tidak mau pulang dari kebun teh, sedangkan Rabiza tidak protes ketika diajak pulang. Pengamatan ini menyimpulkan bahwa Rauh cenderung kinestetik dan Rabiza tidak kinestetik. Kesimpulan ini saya simpan dulu, saya masih mengamati mereka pada aktifitas-aktifitas berikutnya.
#Tantangan10hari
#Level4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Jumat, 17 Maret 2017

Aliran Rasa Melatih Kemandirian Anak

Awalnya saya hanya terpaku pada tahapan-tahapan perkembangan anak secara umum. Tantangan melatih kemandirian anak membuat saya bisa merinci keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai anak sekaligus mendeteksi tahapan perkembangan sesuai usianya.
Anak-anak pun sejauh ini bisa diajak kerjasama untuk melakukan keterampilan-keterampilan tersebut. Mereka sangat antusias untuk melakukan point-point kemandirian yang saya berikan. Saya akan memberi hadiah jika mereka lulus melakukan kemandirian. Meskipun begitu, saya dorong mereka untuk melakukan kemandirian semata-mata untuk masa depan mereka.
Ada hal yang membanggakan ketika mereka melakukan latihan kemandirian. Semua pekerjaan rumah dilakukan dengan bekerja sama. Tidak ada yang egois, semua melakukan pekerjaan dengan kerja tim untuk kenyamanan bersama. Meskipun pekerjaan itu berkaitan dengan hal pribadi, namun berdampak pada keindahan dan kenyamanan rumah.

Terakhir, saya berusaha untuk tetap melatih kemandirian ini dengan beragam aktifitas. Semoga anak-anak bisa menjadi pribadi yang mandiri di masa depan.

Sabtu, 11 Maret 2017

Mengubah Keterampilan menjadi Kebiasaan

Keterampilan yang saya latih pada Rauh adalah menggantungkan baju yang masih dipakai di hanger. Kategori baju yang masih dipakai adalah seragam sekolah yang masih dipakai, jaket, rompi dan baju tidur yang masih bersih. Dengan keterampilan ini juga otomatis dia harus memilah mana baju yang kotor dan bau dan yang masih bersih. Baju kotor tidak boleh disimpan di atas kasur.
Beberapa hari dia melakukan keterampilan ini tanpa diingatkan atau disuruh. Karena dia anak yang aktif bermain di luar rumah, hampir semua baju yang dipakai kotor dan disimpan di tempat cucian. Jadi bisa dikatakan dia jarang menggantungkan baju yang masih bersih. Namun saya masih memberinya waktu satu minggu lagi untuk melakukan keterampilan ini.
Rabiza, dia masih suka beralasan. Kamarnya masih berantakan dengan kondisi kertas-kertas berserakan di lantai. Saya mengingatkan untuk merapikan kamarnya. Dia merajuk dan berstrategi, bahwa dia mau merapikan kamarnya asal dibantu oleh saya. Karena saya masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga, akhirnya Rabiza akan menunggunya sampai saya beres. Jika itu terjadi berarti kamarnya tetap berantakan sampai pekerjaan saya selesai. Akhirnya saya menunda pekerjaan saya dan mengajak Rabiza ke kamarnya. Oke kita bereskan sama-sama!
Latihan kemandirian anak ini sebenarnya melatih kesabaran saya. Kadang saya menargetkan keterampilan yang dilakukan anak dengan sudut pandang orang dewasa. Dengan target ini saya menjadi pelit untuk memberikan apresiasi kepada anak. Untuk itu saya harus tahan untuk tidak mengoreksi setiap pekerjaan atau keterampilan yang dilakukan anak. Namun saya juga berusaha untuk melakukan komunikasi produktif dan berdiskusi dengan anak-anak tentang berbagai hal.
 Latihan dilakukan setiap hari dengan peningkatan kualitas keterampilan sedikit demi sedikit. Saya coba mendampingi mereka sealami mungkin, agar mereka tetap mempunyai gairah belajar yang tinggi. Tidak lupa saya harus berusaha mengapresiasi setiap keberhasilan mereka dan mencoba untuk “santai” setiap mereka melakukan kesalahan.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#9

Hari ini saya menepati janji untuk menyediakan tempat mainan bagi Rauh dan Rabiza. Saya membeli keranjang plastik bekas buah dari tukang buah langganan. Kami mencucinya bersama-sama, dan mengeringkannya dengan lap. Ada lima keranjang yang saya sediakan untuk lima kategori mainan. Mainan saya pilah menjadi empat macam mainan yaitu mobil kecil, mobil besar, boneka, puzzle dan satu keranjang lagi untuk mainan yang tidak termasuk keempat kategori di atas. Rabiza tampak antusias memilah mainan sesuai dengan keranjang yang telah disediakan. Setelah hampir dua jam, kami memandang keranjang-keranjang itu dengan puas. Semua mainan sudah rapi disimpan sesuai kategori. Bukan anak-anak namanya jika tahan dengan “kerapihan”. Hanya beberapa menit setelah merapikan mainan, mereka tergoda untuk memainkannya. Apalagi mereka menemukan mainan-mainan yang terlupakan. Akhirnya keluarlah satu persatu mainan itu dan dijejerkan dengan rapi di lantai. Oke, saya mengingatkan mereka untuk menyimpan mainan sesuai dengan kategori. Karena Rabiza saya latih untuk merapikan mainan ke tempatnya, saya agak menekankan hal ini. Ternyata Rabiza begitu antusias merapikan mainan ini sesuai kategori. Setiap mainan disimpan di tempatnya dengan tepat. Bahkan mainan kakaknya pun ia rapikan. Saya mengapresiasi dengan pelukan dan senyuman. Untuk keterampilan ini Rabiza melakukannya dengan cepat. Esok hari saya coba untuk tidak mengingatkannya. Apakah Rabiza masih bisa merapikan mainannya?
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

#10

Rabu, 08 Maret 2017

Rabizaaaa, aduuuhh!

Rabiza, dia anak yang senang bermain dengan banyak barang. Barang-barang di rumah banyak dipakai untuk mainannya. Dia juga punya daya imajinasi yang tinggi. Barang-barang dilihat pada pandangan berbeda, tergantung apa yang dipikirkannya. Orang yang ikut bermain harus menanyakan terlebih dahulu, barang ini sebagai apa. Kondisi inilah yang membuat rumah agak berantakan. Dan Rabiza butuh waktu banyak untuk merapikan semua yang dimainkan. Seperti pagi itu dia sedang melipat-lipat kertas sebagai hadiah-hadiah kecil. Saya sedang bergegas untuk pergi mengajar. Saya sudah ingatkan bahwa beberapa menit lagi akan berangkat dan Rabiza harus segera merapikan mainannya. Dia terus asyik memainkan kertas-kertas itu. Saya ingatkan lagi, kalau tidak dibereskan berarti Rabiza tidak akan ikut bersama saya. Akhirnya dia bergegas berkerudung dan waktu 5 menit tidak cukup untuk merapikan semua mainannya. Kami menyepakati untuk membereskannya setelah pulang ke rumah. Namun sekembalinya ke rumah dia bersama kakaknya  memainkan kembali kertas-kertas itu ditambah “barang-barang dagangan” yang digelar sepanjang satu meter. Dia memainkan itu sampai tertidur. Walhasil mainannya pun tidak dibereskan lagi. Saya meminta bantuan kakaknya untuk merapikan mainan bersama.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

#7

Keterampilan kedua yang saya latih pada Rauh adalah menyimpan baju/seragam yang masih dipakai di hanger. Melatih Rauh tidak sesulit memahamkan sesuatu kepada Rabiza. Rauh hanya perlu dipahamkan dan diberi pengertian dia akan mengerjakannya dengan sepenuh hati. Hanya tantangan berikutnya adalah dia seringkali lupa untuk mengerjakannya. Baju-baju masih tergeletak di kasur sampai saya ingatkan. Saya memberinya kelongggaran untuk bisa mengerjakannya sendiri esok hari.
Rabiza sangat unik dan pandai beralasan, dia juga agak ge-eran. Saya harus hati-hati setiap berkomentar. Sedikit saja komentar yang ia tidak suka, ia akan berubah seketika, yang tadinya rajin berbenah menjadi malas-malasan dan meninggalkan pekerjaannya. Hari itu saya membantu merapikan kamarnya. Di kamarnya banyak kerudung-kerudung yang sudah dipakai. Saya memintanya untuk menyortir kerudung-kerudung yang kotor dan masih dipakai. Posisi kerudung-kerudung itu sudah dilipat rapi ala Rabiza. Satu kerudung diperiksa Rabiza, lalu kerudung kedua, ketiga.... Saya memandangnya dengan menahan senyum karena hampir seluruh kerudungnya kotor. Seketika dia marah sambil berkata, “Ma, kerudungnya sudah dirapikan!” Dia melemparkan semua kerudung-kerudung itu dan tidak mau mengerjakannya lagi. Padahal dalam pikiran saya, Rabiza akan mengerjakan itu sampai dia menaruhnya di tempat cucian. Saya menyadari kekeliruan berkomentar sambil memunguti kerudung-kerudung itu untuk disimpan di ember cucian.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#8


Senin, 06 Maret 2017

Keterampilan Kedua

Selama hampir dua minggu, anak-anak sudah bisa melakukan keterampilan yang telah disepakati. Hari ini anak-anak saya beri latihan selanjutnya. Rauh diberi latihan untuk bisa menyimpan baju atau seragam sekolah yang masih dipakai di hanger. Sedangkan Rabiza diberi latihan untuk bisa merapikan mainan ke tempatnya. Sebelumnya, ketika latihan kemandirian ini dilakukan, saya buat tabel pada kertas untuk dicheklist. Kertas tersebut saya tempel di kamar masing-masing. Setiap keterampilan yang dikerjakan tanpa diingatkan atau disuruh, Rauh menggambar tanda bintang pada kolom yang disediakan. Bintang-bintang itu akan dikumpulkan setiap akhir bulan untuk ditukarkan hadiah yang sudah disediakan papa mamanya. Tantangan bagi saya untuk Rabiza adalah menyediakan tempat mainan sesuai dengan kelompoknya. Sedangkan untuk Rauh, saya berjanji untuk membenahi hanger tempat baju-baju digantung.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#6



Jumat, 03 Maret 2017

Melatih Kemandirian Anak

Hari selanjutnya point kemandirian bagi Rauh harus selalu diingatkan. Rauh seringkali lupa dia harus menyimpan baju kotor di mana. Saya pun kerap memberitahunya dan mengingatkannya. Namun masalahnya dia tidak berani untuk pergi ke dapur sendiri (tempat ember cucian berada). Akhirnya saya memberinya kelonggaran untuk menyimpan terlebih dahulu di kamar sebelum disimpan ke tempat cucian. Tapi akhirnya dia lupa juga membawa baju kotor itu ke tempat cucian. Saya pun berkali-kali mengingatkannya.
Rabiza, adiknya berumur 5 tahun. Saya latih untuk bisa makan sendiri. Awalnya dia sudah bisa makan sendiri tanpa bantuan. Namun kadangkala dia bermanja-manja dan saya menyuapinya hingga beres. Kali ini saya coba komunikasikan kepada Rabiza, bahwa dirinya bukanlah bayi lagi yang harus disuapi. Hari pertama setelah diberitahu begitu dia masih merajuk dan minta disuapi lagi, dan saya masih menyuapinya lagi.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#2

Melatih kemandirian anak sebenarnya melatih saya juga untuk memberikan teladan dan konsistensi. Melatih juga bagaimana komunikasi produktif bisa diterapkan sehari-hari. Hal-hal yang harus diingatkan kadang membuat saya jengkel, bagaimana bisa anak lupa tugasnya sedangkan saya harus mengingatkan berkali-kali. Kondisi ini lambat laun menyebabkan komunikasi yang dilakukan tidak produktif. Anak mungkin saja trauma atau malah tidak mau melakukan pekerjaan tersebut. Akhirnya saya berusaha setenang mungkin dalam melatih kemandirian anak. Seperti hari ini, dia lupa lagi di mana harus menyimpan baju kotor. Sesaat sebelum berangkat sekolah saya bertanya, “Adakah yang belum rapi di kamar ini?” dia segera merapikan buku-buku di rak. Saya bertanya lagi, “masih ada yang tidak pada tempatnya?” Dia melihat ke sekelilingnya, dan dia melihat baju kotornya masih berceceran di lantai. Akhirnya dia memunguti satu persatu sambil menyeringai. Saya mengusap kepalanya sambil berkata, “ayo bereskan, kita akan berangkat ke sekolah.”
Saya mungkin tidak terlalu memaksakan dan memasang target berlebihan pada Rauh. Dalam perjalanan perkembangannya, dia tipe anak yang melakukan keterampilan setahap demi setahap. Dan setiap keterampilan itu ia jalankan dalam waktu yang cukup lama sampai dia bisa melakukan keterampilan berikutnya. Hal ini yang harus selalu diingat oleh kami orangtuanya. Memahami anak dan sabar dalam mendampinginya.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#3

Latihan kemandirian bagi Rabiza (5 tahun) adalah mampu makan sendiri. Sebenarnya dia sudah mampu melakukannya sendiri. Namun kadang-kadang dia bermanja-manja dan meminta saya untuk menyuapinya. Nah, masalahnya saya selalu menuruti kemauannya sampai makanannya habis. Setelah mendapat materi ini saya belajar konsisten untuk tidak menyuapinya meskipun merajuk berkali-kali. Seperti hari ini dia merajuk seperti biasa, saya katakan “makan sendiri yaa,” Dia tambah merajuk. Saya membiarkannya dan tidak berkomentar apapun, makanannya belum juga disentuh. Ayahnya berkomentar, “Ayo dimakan,” dia tambah merajuk dengan terus meminta saya untuk menyuapinya. Saya berstrategi untuk menyuapi pada suapan pertama dan berakting seolah-olah lupa pada suapan berikutnya. Dikarenakan dia sudah mencicipi makanannya dan ketagihan, terlebih saya “lupa” menyuapinya, akhirnya dia makan sendiri sampai makanannya habis.
Keterampilan bagi Rauh, kakaknya masih seputar menyimpan baju kotor pada tempatnya. Sempat saya lupa mengecek kamarnya. Alhasil baju kotornya disimpan di kasur dan bercampur dengan pakaian bersih. Saya menjelaskan, jika baju kotornya tercampur dengan baju bersih yang belum dipakai, nanti kotoran dan baunya nempel kemana-mana. (Masih dengan nada datar) saya berkata, “Ayo latihan lagi, simpan baju kotor di tempat cucian.”
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#4

Ada yang menarik ketika latihan kemandirian ini dilakukan. Rabiza saya latih untuk bisa makan sendiri tanpa disuapi lagi, sedangkan Rauh kakaknya, bisa menyimpan baju kotor di tempat cucian tanpa diingatkan lagi. Latihan ini dimulai dari tanggal 26 Februari 2017. Seminggu lebih keterampilan ini dilakukan, namun Rauh hanya bisa melakukan dua kali tanpa disuruh atau diingatkan. Sedangkan Rabiza, dia justru mengikuti latihan kemandirian kakaknya. “Ma, abiza udah bisa simpan baju kotor di tempat cucian,” katanya suatu hari. “Oya, abiza hebat.” Pujiku. Ini yang menjadi keunikan Rabiza, dia bisa belajar dengan hanya melihat dan memperhatikan lingkungan sekitar. Setiap kali saya mendampingi kakaknya untuk belajar, dia diam-diam memperhatikan dan melakukan keterampilan tersebut keesokan harinya. Meskipun begitu saya tetap mendampingi Rabiza dan menemani waktu bermainnya. Saya mengingatkan pada setiap kali makan untuk tidak disuapi lagi. Nah keterampilan ini agaknya susah dilakukan oleh Rabiza. Mungkin saya kurang mengapresiasi ketika dia bisa makan sendiri tanpa disuapi. Oke selanjutnya menjadi tantangan bagi saya untuk mengapresiasi setiap aktifitas anak-anak.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

#5

Kamis, 02 Maret 2017

Latihan Kemandirian Anak


Pertama kali mendapat materi ini, sebenarnya ini tantangan bagi saya untuk melatih kesabaran. Anak-anak dilatih kemandirian sejak usia batita. Ketika mereka sudah mampu makan sendiri, mandi sendiri dan berpakaian sendiri. Ketiga hal tersebut sudah bisa dilaksanakan dengan baik oleh anak pertama saya, Rauh (7th). Bahkan jauh sebelum saya mengetahui tentang pentingnya melatih kemandirian anak. Saat itu saya hanya berpikir, bahwa anak harus diberi ruang untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Misalnya ketika anak ingin sama-sama memegang sapu saat bersih-bersih rumah atau memegang pisau dan penggorengan saat memasak. Ternyata memberi kesempatan pada anak justru melatih kemandirian alih-alih menjaga dari bahaya. Tantangan berikutnya bagi kemandirian Rauh adalah berani tidur sendiri dan menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan sekolah. Point ini sangat susah dilakukan, karena Rauh bukan tidak bisa tidur sendiri, tetapi masih belum berani tidur tanpa ditemani terlebih dahulu. Namun hal ini belum menjadi target kemandirian Rauh. Saya dan Rauh menyepakati point pertama untuk latihan kemandirian adalah menyimpan baju kotor di tempat cucian. Sebelumnya saya bicarakan untuk apa latihan kemandirian ini dilakukan. Pada selanjutnya saya menekankan untuk tidak diingatkan lagi setiap dia mengganti pakaian.
#level2
#KuliahBunsayIIP

#MelatihKemandirian

Jumat, 17 Februari 2017

Aliran rasa berkomunikasi produktif

Awalnya komunikasi yang dilakukan di keluarga hanya obrolan-obrolan biasa. Waktu itu saya hanya menekankan komunikasi dengan pasangan tidak dengan anak-anak. Meskipun komunikasi yang saya lakukan kepada pasangan ternyata tidak produktif. Setelah mengikuti materi pertama bunda sayang tentang komunikasi produktif ternyata banyak yang saya tidak tahu. Dan tentunya banyak kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi yang pada akhirnya menimbulkan ketegangan-ketegangan dalam keluarga. Setelah melaksanakan sebagian tantangan saya baru berpikir, materi tentang komunikasi produktif ini harus diketahui juga oleh suami. Saya harus menemukan cara bagaimana menyampaikan tentang komunikasi produktif ini dengan komunikasi produktif agar tidak terkesan menggurui. Ini merupakan tantangan tersendiri. Namun sejauh ini perubahan-perubahan komunikasi yang saya lakukan sedikitnya mengurangi ketegangan dalam berinteraksi. Seperti kata Bu Septi, jangan menyerah meskipun anda merasa lelah. Ya, memang melelahkan tapi semua itu pasti terbayar dengan hasil yang mengagumkan.