Sabtu, 11 Maret 2017

Mengubah Keterampilan menjadi Kebiasaan

Keterampilan yang saya latih pada Rauh adalah menggantungkan baju yang masih dipakai di hanger. Kategori baju yang masih dipakai adalah seragam sekolah yang masih dipakai, jaket, rompi dan baju tidur yang masih bersih. Dengan keterampilan ini juga otomatis dia harus memilah mana baju yang kotor dan bau dan yang masih bersih. Baju kotor tidak boleh disimpan di atas kasur.
Beberapa hari dia melakukan keterampilan ini tanpa diingatkan atau disuruh. Karena dia anak yang aktif bermain di luar rumah, hampir semua baju yang dipakai kotor dan disimpan di tempat cucian. Jadi bisa dikatakan dia jarang menggantungkan baju yang masih bersih. Namun saya masih memberinya waktu satu minggu lagi untuk melakukan keterampilan ini.
Rabiza, dia masih suka beralasan. Kamarnya masih berantakan dengan kondisi kertas-kertas berserakan di lantai. Saya mengingatkan untuk merapikan kamarnya. Dia merajuk dan berstrategi, bahwa dia mau merapikan kamarnya asal dibantu oleh saya. Karena saya masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga, akhirnya Rabiza akan menunggunya sampai saya beres. Jika itu terjadi berarti kamarnya tetap berantakan sampai pekerjaan saya selesai. Akhirnya saya menunda pekerjaan saya dan mengajak Rabiza ke kamarnya. Oke kita bereskan sama-sama!
Latihan kemandirian anak ini sebenarnya melatih kesabaran saya. Kadang saya menargetkan keterampilan yang dilakukan anak dengan sudut pandang orang dewasa. Dengan target ini saya menjadi pelit untuk memberikan apresiasi kepada anak. Untuk itu saya harus tahan untuk tidak mengoreksi setiap pekerjaan atau keterampilan yang dilakukan anak. Namun saya juga berusaha untuk melakukan komunikasi produktif dan berdiskusi dengan anak-anak tentang berbagai hal.
 Latihan dilakukan setiap hari dengan peningkatan kualitas keterampilan sedikit demi sedikit. Saya coba mendampingi mereka sealami mungkin, agar mereka tetap mempunyai gairah belajar yang tinggi. Tidak lupa saya harus berusaha mengapresiasi setiap keberhasilan mereka dan mencoba untuk “santai” setiap mereka melakukan kesalahan.
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian
#9

Hari ini saya menepati janji untuk menyediakan tempat mainan bagi Rauh dan Rabiza. Saya membeli keranjang plastik bekas buah dari tukang buah langganan. Kami mencucinya bersama-sama, dan mengeringkannya dengan lap. Ada lima keranjang yang saya sediakan untuk lima kategori mainan. Mainan saya pilah menjadi empat macam mainan yaitu mobil kecil, mobil besar, boneka, puzzle dan satu keranjang lagi untuk mainan yang tidak termasuk keempat kategori di atas. Rabiza tampak antusias memilah mainan sesuai dengan keranjang yang telah disediakan. Setelah hampir dua jam, kami memandang keranjang-keranjang itu dengan puas. Semua mainan sudah rapi disimpan sesuai kategori. Bukan anak-anak namanya jika tahan dengan “kerapihan”. Hanya beberapa menit setelah merapikan mainan, mereka tergoda untuk memainkannya. Apalagi mereka menemukan mainan-mainan yang terlupakan. Akhirnya keluarlah satu persatu mainan itu dan dijejerkan dengan rapi di lantai. Oke, saya mengingatkan mereka untuk menyimpan mainan sesuai dengan kategori. Karena Rabiza saya latih untuk merapikan mainan ke tempatnya, saya agak menekankan hal ini. Ternyata Rabiza begitu antusias merapikan mainan ini sesuai kategori. Setiap mainan disimpan di tempatnya dengan tepat. Bahkan mainan kakaknya pun ia rapikan. Saya mengapresiasi dengan pelukan dan senyuman. Untuk keterampilan ini Rabiza melakukannya dengan cepat. Esok hari saya coba untuk tidak mengingatkannya. Apakah Rabiza masih bisa merapikan mainannya?
#level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

#10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar